Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada
pemilihan kata
dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti
"diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni
berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi,
daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks
sosial - adalah yang utama.Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana
satu kalimat menghasilkan intonasi dan
karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan
fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang
berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga
memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi
terdiri dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda,
Kata kerja,
Infleksi, dan Uterans.
Jika kita menulis atau berbicara, kita itu selalu
menggunakan kata.Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat,
paragraph dan akhirnya sebuah wacana. Di
dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang
untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata
melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi
juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan
ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang
tinggi.
Sebelum menentukan pilihan kata,
penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi
makna :
• Makna sebuah kata / sebuah kalimat
merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer,
1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Leksikal : makna
yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera /
makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna
leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati
diterkam kucing).
Makna Gramatikal : untuk
menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan
makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku
yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
2. Makna Referensial dan
Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya
adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu
mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata
bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna
nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi
(bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
3. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna
asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh:
Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran
badannya normal. Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan
pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas
bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan,
tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif
positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna
yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg
bisa dikendarai”. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah
leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang
berada diluar bahasa. Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci /
kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
5. Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara
sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat
menjadi bersifat umum.Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan
dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi
bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur,
di gelas, di bak mandi atau air hujan. Makna istilah memiliki makna
yang tetap dan pasti.Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah
itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata
tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu
sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Yang dimaksud
dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata,
frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal,
baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh:
Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg
disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka
lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan
umpama lazim digunakan dalam peribahasa
7. Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kata, frase
dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam
bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
Agar dapat menghasilkan cerita yang
menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat,
seperti :
• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam
menyampaikan suatu gagasan.
• Seorang pengarang harus mempunyai
kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
• Menguasai berbagai macam kosakata
dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas,
efektif dan mudah dimengerti.
Contoh Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke
pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk.Kami bermain bola air
sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2). Liburan tahun ini Aku dan
kawanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu
tiba.Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak
henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah
untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana,
kami pulang.
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar
secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah
suatu pengertian yang terkandung
sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna
konseptual.Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut,
dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna
yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna
konotatif dapat berarti untung atau pukul.
2. Makna Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata
khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
Makin luas ruang-lingkup suatu kata,
maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
Makin sempit ruang-lingkupnya, makin
khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham
dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara
tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih
luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak
seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas.Dalam
hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan
kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele,
tawes, dan ikan mas.
3. Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah
diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air,
cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap
panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian.Kata
abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit.Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus.Akan tetapi, jika
kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan.
Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih
yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil
contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut
tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan
dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
5. Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata
logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi
khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah
dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi
sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata
ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan.Yang juga terdapat
pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis
maupun desertasi.
Kalimat
Efektif dalam bahasa indonesia
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis
sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya
seperti yang di maksud penulis /pembicara.
Ciri-ciri
kalimat efektif: (memiliki)
KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta
unsur-unsur lain (O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan
kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan
karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek,
melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh
keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan
bentukan/imbuhan.Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-,
bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan
dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki
kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif,
yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni
menggunakan imbuhan di-. Kalimat itu harus diubah :
Kakak menolong anak itu dengan
memapahnya ke pinggir jalan
Anak itu ditolong kakak dengan
dipapahnya ke pinggir jalan.
KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh
menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan
kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan
melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam
kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung
makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar, anyelir, dan melati sangat
disukainya.
PENEKANAN
Kalimat
yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
1. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni
dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat. Contoh :
a. Harapan kami adalah agar soal ini
dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
b. Pada kesempatan lain, kami berharap
kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2. Menggunakan partikel; penekanan
bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh :
a. Saudaralah yang harus bertanggung
jawab dalam soal itu.
b. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
c. Dapatkah dia menyelesaikannya?
3. Menggunakan repetisi, yakni dengan
mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami
istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan
rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan
lainnya.
4. Menggunakan pertentangan, yakni
menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian
kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh :
a. Anak itu tidak malas, tetapi
rajin.
b. Ia tidak menghendaki perbaikan yang
sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
KELOGISAN : Kalimat efektif
harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus
memiliki hubungan yang logis/masuk akal.Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk
akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan.
Kalimat tersebut harus diubah misalnya :
Bapak penceramah, saya persilakan
untuk naik ke podium.
Penentuan
batas kata
Dalam
ilmu linguistik barat ada minimal lima cara dalam menentukan batas-batas kata:
a. Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk
mengulang kalimat yang diberikan secara pelan, diperbolehkan untuk beristirahat
dan mengambil jeda. Sang pembicara maka akan cenderung memasukkan jeda pada
batas-batas kata. Namun metoda ini tidaklah sempurna: sang pembicara bisa
dengan mudah memilah-milah kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata.
b. Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk
mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan lalu disuruh untuk mengucapkannya
lagi dan ditambah beberapa kata.
c. Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan
oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah leksem, jadi satuan terkecil yang
bisa berdiri sendiri.
d. Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan
pelafazan khusus yang membuatnya mudah ditinjau di mana batas kata
sejatinya.Misalnya, di bahasa yang secara teratur menjatuhkan tekanan pada
suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin jatuh setelah masing-masing
suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa didengarkan pada bahasa yang
mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki): vokal dalam sebagian kata
memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata mungkin terjadi
setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua bahasa mempunyai
peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada bahasa ini ada
pula perkecualiannya.
e. Satuan semantic
Seperti pada banyak bentuk bebas
yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah kalimat ke
dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil.Tetapi, bahasa sering
memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran
yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata
majemuk.
Dalam prakteknya, para ahli bahasa
menggunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam
kalimat.Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat
sukar ditangkap.
Dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang diksi, pemilihan
kata dan gaya bahasa. Pertama saya akan menjelaskan pengertian dari diki, diksi
adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang
ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Selain itu ada beberapa hal juga yang mempengaruhi Diksi
berdasarkan kemampuan pengguna bahasa, diantaranya adalah kemampuan mengetahui,
memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikan secara
efektif kepada para pembaca atau pendengarnya.
Fungsi
Diksi:
- Melambangkan gagasan yang
diekspresikan secara verbal,
- Membentuk gaya ekspresi gagasan
yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan
pendengar atau pembaca,
- Menciptakan komunikasi yang
baik dan benar,
- Menciptakan suasana yang tepat,
- Mencegah perbedaan penafsiran,
- Mencegah salah pemahaman, dan
- Mengefektifkan pencapaian
target komunikasi.
Kemudian
untuk yang kedua saya akan membahas tentang Kalimat efektif. Menurut saya, Kalimat
Efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan dengan baik apa yang penulis
sampaikan sehingga membuat sang pembaca dapat menangkap maksudnya.
Adapun
menurut Gorys Keraf, kalimat efektif adalah kalimat yang
- Secara tepat dapat mewakili
gagasan atau perasaan pembicara atau penulis
- Sanggup menimbulkan gagasan
yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan oleh pembicara/penulis.
Selain
itu kalimat efektif juga memiki syarat-syarat yang harus dipenuhi, diantaranya
- Secara tepat mewakili pikiran
pembicara atau penulisnya.
- Mengemukakan pemahaman yang
sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan
pembaca atau penulisnya.
Ciri-Ciri
Kalimat Efektif:
- Kesepadanan
Suatu
kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S),
predikat (P), objek (O), keterangan (K).Di dalam kalimat efektif harus memiliki
keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
- Kecermatan Dalam Pemilihan dan
Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan
sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
- Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif
maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini
dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari
pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
- Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat
itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang
logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
- Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini
maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang
teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
- Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah
kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.Jika pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.Jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus
menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau
kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
- Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu
perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan
dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
A. Meletakkan kata yang ditonjolkan
itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat
membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
B. Membuat urutan kata yang
bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
C. Melakukan pengulangan kata
(repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
D. Melakukan pertentangan terhadap
ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
E Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataan?
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataan?
Kalimat Turunan
Kalimat non inti merupakan hasil proses dari mentransformasikan Kalimat Inti
Sebuah kalimat inti dapat ditransformasikan menjadi kalimat transformasi atau kalimat luas dengan mengubah ciri-cirinya, tetapi dengan tetap mempertahankan kata pada S dan P sebagai intinya.
Kalimat Inti: (2) Kakak membaca majalah.
Kalimat-kalimat di bawah ini merupakan hasil transformasi dari kalimat tersebut.
(2a) Kakak membaca majalah?
(2b) Kakak membaca majalah tadi.
(2c) Kakak saya yang paling tua membaca majalah tadi.
(2d) Kakak tidak membaca majalah.
(2e) Membaca majalah, kakak.
(2f) Kakak membaca majalah saat hujan turun dengan deras.
Kalimat non inti merupakan hasil proses dari mentransformasikan Kalimat Inti
Sebuah kalimat inti dapat ditransformasikan menjadi kalimat transformasi atau kalimat luas dengan mengubah ciri-cirinya, tetapi dengan tetap mempertahankan kata pada S dan P sebagai intinya.
Kalimat Inti: (2) Kakak membaca majalah.
Kalimat-kalimat di bawah ini merupakan hasil transformasi dari kalimat tersebut.
(2a) Kakak membaca majalah?
(2b) Kakak membaca majalah tadi.
(2c) Kakak saya yang paling tua membaca majalah tadi.
(2d) Kakak tidak membaca majalah.
(2e) Membaca majalah, kakak.
(2f) Kakak membaca majalah saat hujan turun dengan deras.
Kalimat (2a) sampai dengan (2f)
merupakan kalimat hasil transformasi dari kalimat (2) kakak membaca majalah.
Jika diperhatikan kalimat (2a) sampai dengan (2f), memiliki inti S dan P yang
sama dengan kalimat (2), S masih tetap diisi kata kakak dan P diisi oleh kata
membaca.
Perhatikan kalimat di bawah ini!
(4) Kakak yang membaca majalah itu sangat baik.
Apakah kalimat (4) di atas merupakan hasil transformasi dari kalimat (2)? Bila kalimat di atas diteliti fungsi-fungsinya terlihat bahwa kata kakak sebagai S, yang membaca majalah itu sebagai K yang menjelaskan S, dan sangat baik sebagai P. Jadi, kalimat itu bukan berasal dari kalimat.
(2), melainkan berasal dari kalimat Kakak baik.
(4) Kakak yang membaca majalah itu sangat baik.
Apakah kalimat (4) di atas merupakan hasil transformasi dari kalimat (2)? Bila kalimat di atas diteliti fungsi-fungsinya terlihat bahwa kata kakak sebagai S, yang membaca majalah itu sebagai K yang menjelaskan S, dan sangat baik sebagai P. Jadi, kalimat itu bukan berasal dari kalimat.
(2), melainkan berasal dari kalimat Kakak baik.
Ketiga saya akan menjelaskan apa itu
gaya bahasa, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan
kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Jenis-jenis Gaya bahasa atau majas :
- Majas Perbandingan
- Majas sindiran
- Majas Penegasan
- Majas Pertentangan
Daftar Pustaka :
http://romiantony.blogspot.com/2011/10/pengertian-diksi-atau-pilihan-kata-gaya.html
No comments:
Post a Comment