Apa kabar SNMPTN 2016? Semoga baik-baik
saja.
Tanggal 15 Januari 2016, Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 resmi diluncurkan oleh panitia
SNMPTN 2016 yang dibuka secara resmi oleh Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Moh Nasir. Seperti tahun-tahun sebelumnya
SNMPTN merupakan cara PTN untuk menyaring calon mahasiswa dari berbagai penjuru
negeri melalui penilaian prestasi akademik. Penilaian prestasi akademik
tersebut ialah raihan prestasi siswa yang tertuang dalam laporan belajar siswa
(raport).
Spekulasi bermunculan saat panitia
menggunakan polesan baru dalam aturan SNMPTN 2016. Polesan tersebut terkait
dengan adanya sistem pemeringkatan yang dicetuskan oleh Panitia SNMPTN dengan
mengacu pada nilai mata pelajaran (mapel) semester 3-5. Nilai tersebut terdiri
dari mapel yang terdaftar dalam Ujian Nasional (UN) tahun 2016. Banyak masyarakat
terutama guru dan siswa dipusingkan dengan perihal tersebut. Prasangka mulai
muncul terkait dengan bagaiman sistem ini bekerja? Berapa nilai minimun yang
harus diraih siswa agar lolos dalam pemeringkatan? Dan sebagainya.
Tidak hanya itu, sistem kuota siswa
yang bisa mengikuti SNMPTN juga tidak seperti tahun sebelumnya. Sekolah dengan
Akreditasi A dapat menyumbang daftar calon lulusan agar ikut dalam proses
SNMPTN sebanyak 75%, Sekolah dengan Akreditasi B 50%, Akreditasi C 20%, dan
lain-lain 10%. Sistem ini mungkin kembali seperti tahun 2011/2012 ketika saat itu
SNMPTN masih dalam format SNMPTN Undangan. Hal inilah yang menuai spekulasi dan
kontroversi di kalangan masyarakat terutama siswa.
Sekolah juga sempat dipusingkan
dengan adanya pengisian di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) tentang
adanya kurikulum ganda, yaitu Kurikulum 2013 (Kurtilas) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Sistem konversi
yang rumit serta kebijakan pemerintah yang berubah-ubah membuat sebagian guru
atau pengelola data PDSS mengeluh karena harus bekerja ekstra. Tak khayal panitia
SNMPTN kebanjiran permasalahan teknis
mengenai pemakaian kurikulum di sekolah dan kebijakan mengenai sistem konversi
dari Kurtilas ke KTSP maupun sebaliknya.
Permasalahan lain muncul terkait
dengan pengelolaan web snmptn.ac.id. Tidak sedikit masyarakat yang juga
mengeluhkan mengenai pelayawan web tsb. Memang ketika sudah menjelang penutupan
pendaftaran web selalu crowded atau server down dan kadang server
penuh. Hal ini mungkin bagi sebagian
kalangan dianggap sebagai hal yang wajar, karena menjelang penutupan pasti
banyak akses dsb. Namun bagi saya yang melihat perkembangan SNMPTN dari tahun
ke tahun hal ini tak bisa dipandang sebelah mata. Permasalahannya adalah
mengapa setiap tahun selalu terjadi seperti ini? Apa memang negara ini tidak
memiliki daya dalam hal maintenance terkait
web atau memang pakar IT di Indonesia hanya sedikit yang mampu untuk berpikir ke depan demi
keberlangsungan anak bangsa? Entahlah.
Hari demi hari pengisian PDSS dan
verifikasi nilais siswa terlewati, hingga sampailah siswa pada saat pengumuman
pemeringkatan. Seperti biasa beberapa siswa juga mengeluhkan terjadinya akses full web. Namun juga tak jarang siswa
lain bisa login dan mengetahui hasil pemeringkatannya.
Masalah utama terjadi di sini, banyak
guru, dan orangtua yang bingung, sempat mikir sejenak, ketika siswa tidak lolos
dalam pemeringkatan. “padahal nilai saya tinggi, mengapa tidak lolos dalam
pemeringkatan?”, ujar seorang siswa. Beberapa siswa lain juga tidak sedikit
yang mengeluh, tidak mengerti mengenai sistem pemeringkatan yang dilakukan oleh
panitia SNMPTN. “Nilai saya tinggi tapi ga lolos, temen saya yang nilainya di
bawah saya malah lolos,” siswa lain membalas. Hal ini juga dikatakan oleh Anggota
Dewan Pendidikan Sleman, Nursya’bani Purnama, dikutip oleh berbagai media
berikut.
Tak hanya berhenti sampai di sini,
beberapa siswa yang mengatasnamakan angkatan 2016 mengajukan petisi yang
berjudul “Selamatkan angkatan 2016 dari kesalahan sistem SNMPTN 2016.” Petisi
tersebut ditujukan ke beberapa pihak termasuk Presiden Joko Widodo dan
Menristekdikti.
Sampai saat ini pun, protes
mengenai sistem ini masih berlanjut, dan semoga saja ada solusi terbaik dari
panitia SNMPTN.
Memutar balik sejenak, jika kita
dalami mengenai sistem SNMPTN tahun 2016 ini. Saya sih, setuju saja jika sistem
tersebut diteruskan nantinya, namun harus ada catatan penting, bahwa harus ada
transparansi mengenai bagaimana sistem ini bekerja dan faktor apa saja yang
menentukan siswa tersebut eligible
dan berhak mendaftar dalam SNMPTN. Bukan hanya menjawab, “pemeringkatan ini
dikerjakan oleh sistem”, sistem yang mana? Semoga panitia juga segera berbenah
agar tidak banyak pihak yang dirugikan. Saya sih lebih seneng ujian tulis, seperti kata Pak Rektor ini.
Mungkin juga saya yang terlalu naif,
pemerintah sudah berupaya sedemikian namun siswa hanya bisa protes, orangtua
dan guru hanya bisa menuntut, dsb. Sekarang kita harus meluruskan semuanya,
ikut berperan dalam membangun bangsa. Siswa juga harus dalam koridornya, jikalau
memang tidak lolos, ya syukuri saja, mungkin ini adalah hasil yang terbaik dan
masih banyak jalur lain untuk masuk PTN yang menunggumu. Memang berat jika tidak
bisa ikut dalam SNMPTN, tapi yakinlah bahwa tidak lolos SNMPTN itu bukan akhir dari segalanya. Kalo sempat
baca tulisan saya mengenai SNMPTN tahun lalu.
Guru juga harus bekerja dengan
ikhlas, boleh menanyakan hal yang merugikan siswanya, namun harus sewajarnya,
dan juga instrospeksi diri. Permasalahan tidak lolosnya siswa dalam SNMPTN
bukan hanya faktor nilai, namun juga prosedur. Sudah sesuai prosedurkah guru
dalam mengisikan nilai di PDSS? apakah guru sudah mengisikan di awal waktu? Atau memang suka mepet tanggal
penutupan? Semoga menjadi hal ini segera dibenahi bersama.
Terakhir orangtua siswa,
alhamdulillah saya masih memiliki orangtua yang peduli terhadap pendidikan
saya. Memang sih, mereka membebaskan
saya untuk menjadi apa saja kelak. Namun perhatian orangtua saat ini hanya instan semata, menurut saya. Sibuk bekerja
mencari uang, mendengar kabar yang tidak baik tentang pendidikan anaknya,
langsung menyalahkan guru dan semua pihak, bahkan ada yang sampai mengancam.
Naudzubillah, semoga orangtua kita tidak seperti ini.
Pesan saya sih simpel, belajar
lebih giat dan kembangkan kemampuan diri. Yang sudah lolos pemeringkatan
selamat, semoga diterima di PTN tujuan. Namun ingat, jangan terlena, hehe. Buat
yang tidak lolos SNMPTN, persiapkanlah SBMPTN lebih baik lagi, saya dulu juga
tidak lolos SNMPTN (dulunya SNMPTN undangan), namun berkat usaha dan kerja
keras alhamdulillah saya lolos SBMPTN,
meskipun pilihan kedua, hehe, malah curhat. Semoga kedepannya SNMPTN lebih
matang dan transparan. Ditunggu kabar baiknya ya SNMPTN. Selamat belajar!
Sukses buat kita semua! AMIN!