Sunday, March 15, 2015

Jangan Terlena dengan SNMPTN (bagian kedua)

Tinggal beberapa jam lagi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2015 akan tertutup secara rapat pendaftarannya. Tidak ada lagi toleransi dari panitia mengenai keterlambatan belum memilih jurusan, salah data atau yang lainnya. Siswa yang awal mulanya santai, rileks kembali terusik ketenangannya karena tidak ada kata “main-main” untuk menentukan masa depan. Terlebih jika ada siswa yang memang segaja menunggu waktu pendaftaran di akhir, beberapa masalah pasti akan menimpa.

Permasalahan yang sering terjadi ketika siswa menunda pendaftaran di akhir waktu adalah server website yang down atau web sulit diakses karena ribuan bahkan puluhan ribu siswa yang melakukan finalisasi pendaftaran di satu laman. Oleh karena itu, jika menginginkan hal demikian, persiapkan dirimu dengan matang jikalau permasalahan di atas terjadi. Saya disini sedikit menggambarkan bagaimana peta persaingan di SNMPTN dan hal apa saja yang harus kamu lakukan. Meskipun nanti tidak akurat semoga saja bisa menjadi pelajaran buat kita semua.

Memang sangat didambakan jika seorang siswa kelas 12 SMA/SMK/MA diterima di Perguruan Tinggi Negeri favorit apalagi tanpa tes. Pun juga diterima di jurusan yang juga lumayan menjanjikan atau memang secara umum banyak siswa yang menginginkan diterima di jurusan tersebut karena prospek yang cerah dan masa depan yang jelas. Ketika seorang siswa melihat pengumuman di halaman/situs SNMPTN dan melihat namanya “diterima” di PTN tertentu, pastinya akan bahagia dan membuat bangga orangtuanya.
         
 Akan tetapi, semua itu tidak instan dan serta merta bahwa semua siswa yang terdaftar dalam SNMPTN diterima di PTN. Persepektif ini tentu saja membuat paling tidak siswa down, males, gegana (gelisah, galau, merana) atau bahkan tidak minat untuk lanjut kuliah tertutama di PTN. Tapi tenang, ini hanya persepektif saja kog, diresapi boleh tidak juga gak masalah. Nah, apa sih sebenarnya SNMPTN itu? SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) adalah suatu jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri dengan beberapa aspek penilaian seperti Nilai raport, akeditasi sekolah, indeks alumni serta komponen lainnya menurut aturan masing-masing PTN. Awalnya jalur ini dikenal dengan SNMPTN Undangan, tapi ada juga yang familiar dengan sebutan PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). 

Sekilas SNMPTN



Setiap tahun sistem penerimaan mahasiswa baru selalu diupgrade atau selalu ditingkatkan mutu, pelayanan serta kualitasnya. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, SNMPTN kali ini mengalami peningkatan daya tampung dan jumlah pendaftar yang bisa mengikuti. Jumlah daya tampung yang disediakan tahun ini minimal 50 %. Dahulu sistem input data sekolah masih minim akses internet karena semua data sekolah dan siswa harus dinput melalui laman PDSS dan siswa menginputkan nilainya sendiri. Tapi sekarang siswa tinggal verifikasi nilai kemudian mendaftar prodi di laman SNMPTN. 

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2011 merupakan awal munculnya SNMPTN.Waktu itu saya masih duduk di bangku kelas 12 SMA, SNMPTN masih berformat SNMPTN Undangan. SNMPTN Undangan hanya bisa diikuti siswa yang memiliki rangking 50% di kelas, dan yang menjadi aspek penilaian dahulu adalah nilai raport semester 3-5. Namun waktu itu banyak siswa yang berpikiran kalo terdaftar dalam SNMPTN Undangan pasti diterima. Yah, akhirnya milih jurusan ya sesuai dengan keinginan dan trend waktu itu. Hasilnya bisa diprediksi, banyak siswa yang gagal di SNMPTN Undangan dan hanya beberapa siswa yang diterima. Saya hitung satu kelas cuma 4-5 orang yang diterima, padahal yang bisa ikut 20 siswa.

Hal inilah yang menggambarkan bahwa SNMPTN tidak bisa sekadar siswa menyetorkan nilai raport, tetapi bagaimana mencari peluang sebesar mungkin dari sekian ratus ribu pendaftar. Nah, kebanyakan siswa ketika sudah unggul dalam nilai raport atau bahkan ranking satu paralel lupa bahwa sebenarnya persaingan bukan satu sekolah saja. Bisa jadi dia yang memiliki rata-rata di atas 85, tetapi pas mendaftar di satu jurusan justru nilainya malah paling rendah. Tapi bisa juga siswa yang rata-rata 82 diterima di jurusan yang dia pilih.  Hal inilah yang harus diperhatikan siswa kelas 12 sebelum mendaftar dan memilih jurusan di laman www.web.snmptn.ac.id.

Jika dilihat secara kasat mata SNMPTN terlihat menjanjikan. Dari semua kuota jalur masuk, jalur ini yang paling banyak menerima mahasiswa yakni 50% dari total kuota penerimaan. Namun, kebanyakan siswa tidak sabar dan ingin segera mendaftar di jurusan yang didambakan tanpa mempertimbangkan segala hal. Dalam SNMPTN aspek yang dinilai tidak hanya nilai raport, nilai mapel, akreditasi sekolah, indeks alumni, piagam/serifikat dan aspek lain menurut masing-masing PTN. Namun, apakah hal tersebut semua siswa kelas 12 mengetahui? Yah, dalam hal ini perlu juga dari panitia untuk menyampaikan beberapa hal, minimal ya sosialisasi ke sekolah-sekolah. Pun juga ada anggaran kok dari pemerintah untuk membantu adik-adik melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri. Hal itu juga akan membantu siswa memahami aturan, ya setidaknya bisa mencari peluang untuk bisa lolos di jalur nasional tersebut. Yah, siapa sih yang ga ingin lolos di jalur bergengsi ini?

Penilaian SNMPTN  
Satu hal yang perlu menjadi perhatian lebih menurut saya adalah nilai raport dan nilai mapel. Memang aturan SNMPTN nilai raport yang dicantumkan adalah dari semester 1 sampai dengan 5. Tetapi, dalam hal ini siswa tidak bisa mengetahui nilai siswa yang ada di sekolah lain. Hal inilah menurut saya yang menjadi kelemahan atau sisi lain dari SNMPTN. Siswa tidak bisa mengetahui nilai pesaingnya dari sekolah lain dan akan sulit untuk memprediksinya. Kalo pun dilihat dari tingkat ketetatan nilai raport tahun lalu juga sulit karena nilai mengalami peningkatan atau penurunan dari siswa setiap tahunnya. Bisa jadi di jurusan A yang tahun sebelumnya nilai 80 masuk, mungkin tahun ini nilai tersebut malah berada di bawah yang keterima. Di atas sudah dijelaskan yang rata-ratanya di atas 85 tidak lolos, namun yang rata-ratanya 82 lolos.
           
Setelah raport yang menjadi bahan pertimbangan panitia, nilai mapel juga tak dilupakan. Faktor ini yang tidak banyak diperhatikan oleh siswa. Panitia juga akan mempertimbangkan nilai mapel di SMA yang relevan dengan prodi yang dituju. Namun,  siswa hanya ingin masuk di jurusan tertentu tapi tidak tahu berapa nilai mapel yang relevan dengan jurusan yang dituju. Siswa hanya berpatokan jika Rata-rata raport tinggi, membayangkan langsung diterima, padahal belum tentu.  

Untuk memperjelas gambaran saya di atas, saya buat permisalan. Si A dan B sama-sama ingin masuk prodi Biologi. Tentu saja mapel yang relevan untuk prodi tersebut adalah biologi. Rata-rata raport total A 87 sedangkan B 85. Tetapi rata-rata mapel biologi B lebih tinggi yaitu 90 sedangkan A 85. Siapa yang lebih berpeluang, tentu saja si B. Namun itu juga tidak menjamin, karena panitia akan  melihat aspek lain. Meskipun demikian, beberapa tahun lalu saya melakukan survey, bahwa kebanyakan siswa yang keterima jalur SNMPTN adalah yang rata-rata mapel yang relevan dengan prodi lebih tinggi dari nilai raport. Namun jangan nilai mapel saja yang dijadikan pedoman, aspek lain seperti akreditasi sekolah dan alumni juga dipertimbangkan. 

Beberapa waktu yang lalu para akademisi juga dibuat bingung dengan kebijakan Kemendikbud tentang nilai UN. Menteri Pendidikan, Anies Baswedan mengatakan nilai UN akan dipertimbangkan dalam SNMPTN. Tetapi tak lama setelah pernyataan itu muncul, ketua SNMPTN yang juga selaku Rektor UNY Prof. Rochmat Wahab mengatakan, “UN kan tidak lagi sebagai suatu standar kelulusan sekolah, masa mau dijadikan standar SNMPTN.” memang UN tahun ini sedikit menjadi problem dengan langkah baru bernama CBT (Computer Based Test) atau bisa disebut Ujian Nasional Online. Tahun ini memang UN tidak menjadi patokan kelulusan siswa, tapi sekolah yang menentukan kelulusan. Hal inilah yang menjadi perdebatan bagi para siswa.
Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A (Sumber: Uny.ac.id)

Dilaksanakan ujian nasional secara online atau tidak menurut hemat saya tetap UN tidak menjadi prioritas utama PTN menilai siswa. Doeni Kusuma (pengamat pendidikan) juga mengatakan bahwa, “UN hanya sebagai pemetaan maka UN tidak cocok untuk dijadikan komponen penilaian SNMPTN”. Hal ini dikarenakan Ujian Nasional sudah tidak kredibel lagi, kebocoran terjadi dimana-mana, oknum guru memberikan kunci jawab, dan masih banyak lagi permasalahan menyangkut kejujuran siswa terhadap Ujian Nasional. Terlepas dari itu semua saya yakin bahwa PTN akan mempertimbangkan UN tidak lebih dari 10 %. Tahun lalu hanya UGM yang berani memasang harga 15 % untuk Ujian Nasional. Menristek dan dikti juga berkata demikian, bahwa minimal 10 % PTN harus menyertakan Ujian Nasional sebagai komponen SNMPTN (sumber: republika.co.id dan ugm.ac.id).

Lintas Jurusan
Hal lain yang menjadi problem akhir-akhir ini adalah banyak siswa yang dibuat bingung dengan “PTN tidak mau  dinomorduakan” dan “Lintas Jurusan”. Pada dasarnya tidak ada PTN yang nggak mau dimadu, artinya semua proporsi penilaian sama yaitu dari pilihan pertama dahulu. Dalam aturan SNMPTN, PTN mempertimbangkan pilihan pertama dahulu karena pilihan pertama adalah prioritas utama calon mahasiswa, sehingga panitia tetap akan melihat pilihan pertama dulu entah itu PTN A, B atau C. Jika tidak diterima di pilihan pertama, akan dialihkan di pilihan kedua dan seterusnya.

Terkait lintas jurusan banyak juga siswa yang dibuat ribet, ada yang bilang PTN A boleh lintas jurusan, ada yang bilang tidak boleh, dsb. Yah, mungkin saja jurusan di SMA/SMK tidak sesuai dengan rencana awal dulu sebelum mau ke IPA atau IPS sehingga tidak mau mengulang kesalahan kedua kalinya, hehe. Tapi saya harap tidak begitu. Memang banyak PTN yang mengizinkan calon mahasiswa lintas jurusan, tapi hanya jurusan tertentu. Misalnya waktu di SMA si Ahmad di jurusan IPA, tapi dia ingin kuliah di jurusan akuntansi (IPS).  Meskipun demikian, hal ini agak ditentang oleh Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Engkus Kuswarno, beliau mengatakan SNMPTN merupakan seleksi yang didasarkan pada kemampuan akademis pelajar dengan basis nilai rapor dari semester I hingga V. Jika memilih program studi lintas program, maka nilai-nilai untuk mendukung seleksi ke program studi tersebut tidak akan mencukupi.” Engkus juga menambahkan peluang siswa diterima di PTN akan semakin kecil jika lintas progam.

Dalam sosialisasi SNMPTN di Aula SMAN 3 Bandung, Wakil Dekan II FMIPA Unpad, Gatot Riwi Setyanto, juga menekankan hal yang sama. Peluang siswa yang lintas jurusan untuk diterima di PTN cukup kecil. Gatot memaparkan, saat penyeleksian, PTN akan melihat apakah siswa jurusan IPA akan memiliki nilai IPS yang lengkap atau sebaliknya. Faktanya, para siswa lintas jurusan ini hanya memiliki nilai untuk semua pelajaran pada semester I dan II. Nantinya, kata Gatot, nilai di kedua semester itu akan dibagi menjadi lima, sesuai aturan penghitungan lima semester. (Sumber: Okezone.com)


Prof. Dr. Engkus Kuswarno, M.S (Unpad.ac.id)
Untuk yang terakhir, saya menghimbau pada seluruh siswa kelas 12 baik SMA/SMK/MA yang ingin meraih cita-cita melalui SNMPTN, pikirkanlah secara matang. Jika ingin lolos, ya cari peluang, pelajari, baca buku, baca koran, media sosial atau yang lainnya. Sekarang zamannya teknologi informasi, ya paling ngga tahu dikit lah mengenai info-info terkini seputar SNMPTN. Pilihlah jurusan yang sesuai dengan kemampuanmu. Artinya sesuaikanlah dengan nilai raportmu, kemampuan analisa dan berpikirmu. Yah klo ingin menyesuaikan dengan passion ya silakan. Akan tetapi jurusan tidak peduli itu sesuai passion kamu atau tidak. Jangan sampai gara-gara tidak diterima di PTN, malah merusak masa depan dengan bunuh diri, minum racun atau dan sebagaianya, naudzubillah, lebay deh.

Persiapkan dirimu untuk jalur lainnya seperti SBMPTN, Ujian Mandiri, dsb jika kamu benar-benar ingin masuk PTN. Karena melalui ujian tulis paling tidak bisa dihitung peluangnya melalui passing grade dengan rumus tertentu. Tapi inget, PG itu buatan bimbel atau lembaga sejenisnya bukan PTN dan biasanya digunakan untuk ujian tertulis. Jangan lupa minta restu orangtua, guru, teman agar jalanmu dimudahkan menuju masa depan yang lebih baik. Jangan hanya bangga dengan label, “Anda terdaftar sebagai peserta SNMPTN” yang memperlihatkan foto anda berseragam di kartu peserta. Bagi kamu yang tidak memiliki biaya untuk kuliah, tenang, pemerintah menyediakan Beasiswa Bidikmisi dan ribuan beasiswa lainnya. Ya memang ribet dikit untuk lampirin syarat-syaratnya. Akan tetapi, apalah artinya keribetan demi masa depan yang cerah, hehe. Weitss.. dan yang paling penting, jangan terlena dengan SNMPTN.  Selamat belajar, semoga sukses. :D

Tuesday, March 10, 2015

Semarang Kota Atlas

Semarang Kota Atlas, merupakan slogan dari Kota Semarang yang berarti Semarang Aman, Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat.

Semarang Kota ATLAS
Aman    : Bebas dari tekanan dan gangguan keamanan, ketertiban dan ketentraman.
Tertib    : Kehiidupan yang tertib di segala bidang termasuk tertib lalu lintas.
Lancar   : Dalam hal pelayanan yang mudah termasuk kelancaran berlalu lintas
Asri       : Lingkungan yang bersih, indah dan nyaman.
Sehat     : Tercapainya kehidupan masyarakat sehat jasmani dan rohani.

Kesenian Gambang Semarang, Fakultas Ilmu Budaya mencoba untuk menyuguhkan kesenian khas Semarang yang secara khusus mengangkat slogan kota Semarang tersebut.

 

Simpang Lima

Simpang Lima, merupakan ikon khas Kota Semarang yang terletak di pusat kota Semarang sekaligus merupakan tempat khas kunjungan para wisatawan.

Sebagai apresiasi terhadap ikon kota Semarang, Kesenian Gambang Semarang FIB Undip mengaransemen lagi berjudul Simpang Lima sekaligus sebagai wujud apresiasi terhadap Ibukota Jawa Tengah ini. Selamat menikmati.


Tari Gambang Semarang

Tari Gambang Semarang, merupakan tarian khas semarang yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Tari ini juga merupakan perpaduan unsur kesenian dari cina dan jawa. Tidak hanya itu, tarian yang menampilkan unsur keceriaan ini juga terkadang diiringi oleh lawakan, atau senggakan.

Selamat menikmati.