Saturday, February 22, 2014

Jangan Terlena dengan SNMPTN

Memang sangat diharapkan jika seorang siswa kelas 12 SMA/SMK/MA diterima di Perguruan Tinggi Negeri favorit apalagi tanpa test. Pun juga diterima di jurusan yang juga lumayan menjanjikan atau memang secara umum banyak yang menginginkannya karena prospek yang cerah dan masa depan yang jelas. Ketika seorang siswa melihat pengumuman di halaman/situs SNMPTN dan melihat namanya “diterima” di PTN tertentu, pastinya akan bahagia dan membuat bangga orangtuanya.

Akan tetapi, semua itu tidak instan dan serta merta bahwa semua siswa yang terdaftar dalam SNMPTN diterima di PTN. Persepektif ini tentu saja membuat paling tidak siswa down, males, galau atau bahkan tidak minat untuk lanjut kuliah tertutama di PTN. Tapi tenang, ini hanya persepektif saja kog, diresapi boleh tidak juga gak masalah. Nah, apa sih sebenarnya SNMPTN itu? SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) adalah suatu jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri dengan aspek penilaian: Nilai raport, Ujian Nasional serta komponen lainnya menurut aturan masing-masing PTN. Awalnya jalur ini dikenal dengan SNMPTN Undangan, tapi ada juga yang familiar dengan sebutan PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan).


Setiap tahun sistem penerimaan mahasiswa baru selalu diupgrade atau selalu ditingkatkan mutu, pelayanan serta kualitasnya. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, SNMPTN kali ini mengalami peningkatan daya tampung dan jumlah pendaftar yang bisa mengikuti. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2011 merupakan awal munculnya SNMPTN. Waktu itu saya masih duduk di bangku kelas 12 SMA, SNMPTN masih berformat SNMPTN Undangan. SNMPTN Undangan hanya bisa diikuti siswa yang memiliki rangking 50% di kelas, dan yang menjadi aspek penilaian adalah nilai raport semester 3-5. Namun waktu itu banyak siswa yang berpikiran kalo terdaftar dalam SNMPTN Undangan pasti diterima. Yah, akhirnya milih jurusan ya sesuai dengan keinginan dan trend waktu itu. Hasilnya bisa diprediksi, banyak siswa yang gagal di SNMPTN Undangan dan hanya beberapa siswa yang diterima. Saya hitung satu kelas cuma 4-5 orang yang ketrima, padahal yang bisa ikut 20 siswa.
           
Hal inilah yang menggambarkan bahwa SNMPTN tidak bisa sekadar siswa menyetorkan nilai raport, tetapi bagaimana mencari peluang sebesar mungkin dari sekian ratus ribu pendaftar. Nah, kebanyakan siswa ketika sudah unggul dalam nilai atau bahkan ranking satu paralel lupa bahwa sebenarnya persaingan bukan satu sekolah saja. Bisa jadi dia memiliki rata-rata di atas 85, tetapi pas mendaftar di satu jurusan justru nilainya malah paling rendah. Tapi bisa juga siswa yang rata-rata 82 diterima di jurusan yang dia pilih.  Hal inilah yang harus diperhatikan siswa kelas 12 sebelum mendaftar dan memilih jurusan di laman www.snmptn.ac.id.
            
Jika dilihat secara kasat mata SNMPTN terlihat menjanjikan. Dari semua kuota jalur masuk, jalur ini yang paling banyak menerima mahasiswa yakni 50% dari total kuota penerimaan. Namun, kebanyakan siswa tidak sabar dan ingin segera mendaftar di jurusan yang didambakan tanpa mempertimbangkan segala hal. Dalam SNMPTN aspek yang dinilai tidak hanya nilai raport, tetapi nilai UN, akreditasi sekolah, alumni, piagam/serifikat dan aspek lain menurut masing-masing PTN. Namun, apakah hal tersebut semua siswa kelas 12 mengetahui? Yah, dalam hal ini perlu juga dari panitia untuk menyampaikan beberapa hal, minimal ya sosialisasi ke sekolah-sekolah. Pun juga ada anggaran kog dari pemerintah untuk membantu adik-adik melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri. Hal itu juga akan membantu siswa memahami aturan, ya setidaknya bisa mencari peluang untuk bisa lolos di jalur nasional tersebut. Yah, siapa sih yang ga ingin lolos di jalur bergengsi tersebut?
            
Satu hal yang menjadi perhatian lebih adalah nilai raport dari semester 1-5. Memang aturan SNMPTN nilai raport yang dicantumkan adalah dari semester 1 sampai dengan 5. Tetapi, dalam hal ini siswa tidak bisa mengetahui nilai siswa yang ada di sekolah lain. Hal inilah menurut saya yang menjadi kelemahan SNMPTN. Siswa tidak bisa mengetahui nilai pesaingnya di sekolah lain dan akan sulit untuk memprediksikannya. Kalo pun dilihat dari tingkat ketetatan nilai raport tahun lalu juga sulit karena nilai mengalami peningkatan atau penurunan dari siswa setiap tahunnya. Bisa jadi di jurusan A yang tahun sebelumnya nilai 80 masuk, mungkin tahun ini nilai tersebut malah berada di bawah yang keterima. Di atas sudah dijelaskan yang rata-ratanya di atas 85 tidak lolos, namun yang rata-ratanya 82 lolos.
             
Hal lain yang menjadi problem akhir-akhir ini adalah banyak siswa yang dibuat bingung dengan “PTN tidak mau  dinomorduakan” dan “Lintas Jurusan”. Pada dasarnya tidak ada PTN yang nggak mau dimadu, artinya semua proporsi penilaian sama yaitu dari nilai raport dirangking secara nasional. Dalam aturan SNMPTN, PTN mempertimbangkan pilihan pertama dahulu karena pilihan pertama ada prioritas utama calon mahasiswa. Sehingga, panitia tetap akan melihat pilihan pertama dulu entah itu PTN A, B atau C. Jika tidak idi pilihan pertama maka akan dialihkan di pilihan kedua dan seterusnya. Faktanya, lebih dari 80% mahasiswa yang diterima di pilihan pertama.
             
Terkait lintas jurusan banyak juga siswa yang dibuat ribet, ada yang bilang PTN A boleh lintas jurusan, ada yang bilang tidak boleh, dsb. Yah, mungkin saja jurusan di SMA/SMK tidak sesuai dengan rencana awal sehingga tidak mau mengulang kesalahan kedua kalinya, hehe. Tapi saya harap tidak begitu. Memang ada PTN yang mengizinkan calon mahasiswa lintas jurusan seperti UI dan UNDIP, itu pun hanya jurusan tertentu. Misalnya waktu di SMA si Ahmad di jurusan IPA, tapi dia ingin kuliah di jurusan akuntansi (IPS). Seperti yang sudah dijelaskan oleh Wakil Rektor UNPAD bidang kemahasiswaan, Engkus Kuswarno, beberapa waktu yang lalu, “Siswa saintek, soshum, dan bahasa kan mata pelajarannya berbeda. Tidak seluruh mata pelajaran saintek ada di soshum, begitu juga sebaliknya. Jadi mereka yang pilih lintas jurusan total nilainya kemungkinan besar akan lebih kecil karena ada beberapa mata pelajaran yang tidak ada.” Jadi, klo kamu mau lintas jurusan, hendaknya pikirkan juga nilai di semester awal (1 dan 2), tetapi saya tidak menyarankan.
           
Untuk yang terakhir, saya menghimbau pada seluruh siswa kelas 12 baik SMA atau SMK yg menginginkan bangku kuliah melalui SNMPTN, pikirkanlah secara matang. Jika ingin lolos, ya cari peluang, pelajari, baca buku, baca koran, media sosial atau yang lainnya. Sekarang zamannya teknologi informasi, ya paling ngga tahu dikit lah mengenai info-info terkini seputar SNMPTN. Pilihlah jurusan yang sesuai dengan kemampuanmu. Artinya sesuaikanlah dengan nilai raportmu, kemampuan analisa dan berpikirmu. Yah klo ingin menyesuaikan dengan passion ya silakan. Akan tetapi jurusan tidak peduli itu sesuai passion kamu atau tidak. Jangan sampai gara-gara tidak diterima di PTN, malah merusak masa depan dengan bunuh diri, minum racun atau dan sebagaianya, naudzubillah.

Persiapkan dirimu untuk jalur lainnya seperti SBMPTN, Ujian Mandiri, dsb jika kamu benar-benar ingin masuk PTN. Karena melalui ujian tulis paling tidak bisa dihitung peluangnya melalui passing grade dengan rumus tertentu. Tapi inget, PG itu buatan bimbel atau lembaga sejenisnya bukan PTN dan hanya digunakan untuk tes tertulis. Jangan lupa minta restu orangtua, guru, teman agar jalanmu dimudahkan menuju masa depan yang lebih baik. Jangan terlena hanya dengan label, “Anda terdaftar sebagai peserta SNMPTN” yang memperlihatkan foto anda berseragam di kartu peserta. Dan yang paling penting jangan terlena dengan SNMPTN. Selamat belajar. :D